Mengenal Sastrawan Sastratama:
1). A 'Syam Chandra Manthiek
A’Syam Chandra Manthiek , lahir di Surakarta 21 September 1967, menamatkan Teknik Sipil di Universitas Cokroaminoto, menulis puisi secara otodidak. Karyanya antara lain dimuat di berbagai media regional dan nasional serta Antologi bersama nasional. Blas Blus Blas adalah antologi yang menghimpun 137 puisinya. Penyair ini tinggal di Yogyakarta.
2). Enthieh Mudakir
Enthieh Mudakir lahir di Kota Tegal, Jawa Tengah, 24 April 1963. Sejak muda sudah menggeluti dunia kesenian antara lain teater dan sastra. Di akhir tahun 1970-an, bersama Nurngudiono, Lanang Setiawan, dan Dwi Ery Santoso bergabung dalam Teater Puber pimpinan Nurhidayat Poso. Setelah itu, dia mendirikan Teater Wong bersama Michael Gunadi Wijaya dan Bontot Sukandar dan mementaskan naskah-naskahnya di Tegal dan beberapa kota lainnya. Tahun 2008, bersama Atmo Tan Sidik dan Joshua Igho, Enthieh ikut mendirikan Akademi Kebudayaan Tegal, sebuah lembaga kajian seni-budaya yang menggelar beberapa seminar, orasi budaya, diskusi, pertunjukan seni, dan menerbitkan buku. Di dunia sastra, namanya dikenal di kancah kesusasteraan Indonesia melalui karya-karyanya berupa cerita pendek dan puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar antara lain Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Swadesi, Koran Merapi, Minggu Pagi, dan lain-lain. Enthieh merupakan salah satu penyair yang puisi-puisinya terangkum dalam antologi Dari Negeri Poci. Pada tahun 2012, dia diundang sebagai salah satu penyair dalam perhelatan Pertemuan Penyair Nusantara VI Jambi. Karya-karyanya terhimpun dalam beberapa buku, antara lain: Malam Begini Bening (1990), Dari Negeri Poci 2 (1996), Koor Zaman (2002), Dian Sastro For President (2005), Cemas Belum Menyerah (2007), Angin Perlawanan (2011), Dari Negeri Poci 4 (2013), Dari Negeri Poci 5 (2014), Dari Negeri Poci 6 (2015).
3). Ritawati Jassin
.Ritawati Jassin, Lahir di Gorontalo, 18 Oktober 1969. Karyanya Kumpulan Puisi “Terapi Jiwa Sang Jalang” Penerbit Balai Pustaka, 31 Juli 2019 pengantar oleh: Taufiq Ismail. Pembahas Taufiq Ismail dan D. Kemalawati (di PDS H.B. Jassin), Berada dibeberapa Antologi puisi dan pantun bersama, Nusantara, lima negara dan terbaru di dua buku antologi dalam rangka mengenang Nh. Dini: “Seribu Sisi Dini dan “Simponi Untuk Dini”. Berkerja sampai saat ini di Dispusip PDS H.B. Jassin Taman Ismail Marzuki Cikini Raya 73 Jakarta Pusat. Namanya tercatat di Lumbung Puisi dalam antologi Bersama nasional T 2021.
4). Denting Kemuning
Denting Kemuning lahir dan berdomisili di kota Surabaya. Mempunyai beberapa buku antologi antara lain: Puisi Menolak Korupsi jilid 6 dan 8, Puisi Dua Koma Tujuh, Antologi Puisi Dua Larik Kata Kita, Kelindan Diksi di Teras Puisi, Jendela Pekalongan, Antologi Puisi Penyair Nusantara Jakarta dan Betawi, Antologi Puisi Penyair Nusantara percakapan Ujung Tahun, Antologi Puisi 105 Penyair Pujangga Facebook Indonesia, Kitab Puisi Tiga Bait Hari Hari Huru Hara Tentang Corona, Antologi T, Antologi Sampah
5). Yustinus Yus Harris
Yus Harris, adalah penulis yang memiliki nama asli Yustinus Harris Eko Presetijo, putra pertama yang lahir di Surabaya tanggal 14 April 1968 dari pasangan alm. Yulius Harsono Dwidjosiswojo dan Maria Paskalia Sukarti. Almarhum ayahanda dulu semasa hidupnya adalah seorang Tentara Nasional Indonesia berpangkat Pembantu letnan satu (Peltu) dan ibu adalah pensiunan perawat kesehatan yang sekarang tinggal satu kampung dengan penulis di Desa Mojongapit kecamatan Jombang. Sejak di bangku Sekolah Dasar penulis sudah mempunyai hobi menggambar dan sering mengikuti lomba menggambar di sekolah dan antar sekolah di Surabaya, meskipun belum pernah dapat juara. Menyukai menulis puisi ketika duduk di bangku kuliah tahun 1987 di IKIP Negeri malang dan belajar sendiri secara otodidak tanpa mengenyam pelajaran menulis sastra apapun. Tahun 1989 pernah mendapat undangan dari Perhimpunan persahabatan Indonesia Amerika untuk mengikuti pameran puisi. Beberapa karya puisi awal saat itu ( th 1987 – 1991) dipublikasikan di koran kampus “Komunikasi” IKIP Negeri Malang, sempat juga muat di harian ibu kota “Swadesi”, tabloit GADIS, Kolom mahasiswa Jawa Pos, koran Surabaya Minggu, majalah “Penyebar Semangat”. Sempat berhenti menulis lama mulai tahun 1993 dan tahun 2017 mulai menulis lagi dan bergabung di Lingkar studi sastra Setrawulan Mojokerto pada bulan April 2018 pada acara terminal sastra yang dipimpin oleh Bapak Indra T Kurniawan. Beberapa puisi pernah dimuat juga di Radar Jawa Pos Mojokerto, radar Jawa Pos Jombang dan juga di media online seperti Situs seni dan sastra Puisipedia pada hari Puisi nasional. Ada dua buah buku antologi yang tercatat di situs web Literanesia.com . Beberapa karya puisi tunggal penulis adalah : Bulan Merindukan Anak Ikan, th 2018 penerbit Temalitera Selendang Bianglala, th 2018 penerbit Temalitera. Mengenang Teman Kantor, th 2019, penerbit Boenga Ketjil, Surga KW 1, Th 2020, penerbit Boenga Ketjil Surga KW 2, Agustus Th. 2020, Boenga Ketjil Jombang Beberapa karya puisi bersama penulis Mojokerto al : Takziah Bulan Tujuh, Kitab Putiba mengenang Sapardi, th 2020 Dari Kisah pemburu Hidayah Hingga Kolak Pisang.Perempuan kencana ( antologi puisi 3 negara)
6). Pensil Kajoe
Pensil Kajoe, lahir dan dibesarkan di Banyumas, 27 Januari. Puisi serta cerpennya sudah bertebaran di berbagai koran di tanah air. Tulisan pertamanya berupa resensi buku: Remaja Doyan Nonton, Why Not? dimuat di Suara Merdeka tahun 2003, rubrik opini: Remaja Tanpa Narkoba (Radar Banyumas, 2004). Selain itu, laki-laki berkacamata minus ini telah membukukan tulisannya ke dalam 16 buku tunggal dan lebih dari 20 buku antologi bersama. Saat ini, Kang Pensil begitu sapaan akrabnya menjadi penulis rubrik Banyumasan di Majalah Djaka Lodang, Yogyakarta.
7). Salimi Ahmad
Salimi Ahmad, lahir di jakarta, 22 mei 1956, adalah seorang penyair yang namanya tak asing lagi di dunia seni lukis Indonesia . Pelukis ini adalah juga seorang penyair yang diperhitungkan secara nasional. Baginya menulis puisi adalah keseimbangan profesinya, namun ia dapat memetik sekaligus predikat pelukis dan penyair yang berhasil. Menurutnya ia tak pernah benar-benar bisa melepaskan diri dari menulis puisi, sebab karena menurutnya dengan menulis puisi ia dapat menyeimbangkan rasa gelisah dalam hati dan pikirannya. Demikian ketika berbincang dengan ayokesekolah.com di acara Tifa Nusantara 27-29 Agustus 2015 di Cikupa Tangerang.
Salimi Ahmad meniti pendidikan mulai SD dan SMP diselesaikan di Jakarta. Dia pernah masuk sekolah seni rupa indonesia (SSRI) di Yogya pada tahun 1973. hanya kurang dari 1 tahun dia pindah kejakarta lagi untuk melanjutkan pendidikannya. ia menyelesaikan SMA pada tahun 1976. Latar sebagai pelukis dan sekaligus penyair didapat dari ketika tinggal di Yogyakarta, Bergabung di persada studi klub (PSK) dibawah asuhan Umbu Landu Paranggi, teater asuhan Niki Kosasih. Kemudian di Jakarta, ia mendirikan Bengkel Sastra Ibukota. Bersama Mas Sulebar Sukarman, ia kerap mengikuti berbagai kegiatan pameran lukisan bersama.
8). I Nyoman Wirata
Nyoman Wirata lahir di Denpasar, 1953. Dia menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Denpasar hingga tamat tahun 1972. Mulai menulis puisi tahun 1975. Bekerja sebagai guru seni budaya sejak tahun 1980, pensiun tahun 2013 dan aktivitas kesenian berlanjut. Tahun 2011 dia meraih Penghargaan dari Kepala Sekolah SMPN 5 Denpasar sebagai Pembina Sastra dan Majalah Sekolah selama 14 Tahun. Dalam bidang sastra, dia pernah meraih Juara 1 Penulisan Puisi se-Bali yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Bali (1977), 10 Puisi Terbaik se-Bali yang digelar Bali Post (1978), Juara III Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Tingkat Nasional Antar Guru yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Juara II lomba menulis novel yang digelar Bali Post (2003). Puisi-puisinya dimuat di berbagai media massa, seperti Bali Post, Kalam, dll. Juga terhimpun dalam buku Tutur Batur (2019), Mengunyah Geram (2018), Pernikahan Puisi (2017), Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta (2016), Dendang Denpasar Nyiur Sanur (2012), Hram (1988). Buku puisi tunggalnya adalah Merayakan Pohon Di Kebun Puisi (2007). Dia menerima anugerah Widya Pataka (2007) dan Bali Jani Nugraha (2020) dari Pemerintah Provinsi Bali. Selain menekuni sastra, dia aktif melukis.
9). Wawan Hamzah Arfan
Wawan Hamzah Arfan, lahir di Cirebon, 8 Juni 1963. Karya-karyanya berupa puisi. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dan esei tersebar di berbagai media, baik terbitan ibu kota maupun daerah, seperti Pikiran Rakyat, Mitra Dialog, Berita Buana, Merdeka, Surabaya Post, Republika, Media Indonesia, Horison, dan beberapa media lainnya. Beberapa puisinya terhimpun dalam antologi Mega Mendung (1989), Kebangkitan Nusantara I (1994), Kebangkitan Nusantara II (1995), Kebangkitan Nusantara III (1996), dan Antologi Puisi HP3N Nuansa Tatawarna Batin (2002). Kini sebagai Redaksi pada majalah Forum Dialektika, sebuah majalah yang diterbitkan PGRI Kabupaten Cirebon, sebagai ajang kreativitas guru. Ia adalah seorang PNS yang bekerja sebagai Penilik PNFI Kec. Ciledug, Kab. Cirebon, Jawa Barat.
10). Handrawan Nadesul
Handrawan Nadesul , Dr.(Gouw Han Goan) (lahir di Karawang, Jawa Barat, 31 Desember 1948; umur 72 tahun) adalah seorang dokter, penyair, dan penulis di Indonesia. Ia juga menulis artikel, opini ersama n, dan menjadi narasumber untuk media [1]banyuasin bagi masalah-masalah ersama n dan juga menulis puisi. Karya-karyanya telah dimuat dan diterbitkan di media massa nasional sejak tahun 1968. Karya puisinya yang ditulis sejak tahun 1967-2004 diterbitkan dengan judul Sajak-sajak Pergi Berjalan Jauh: Sekolahnya Dokter, Menulisnya Puisi, selain Kepada Alammater, Surat-surat Yang Tak Terkirimkan, Sajak-sajak Di Bawah Matahari. Sampai tahun 2010 sudah lebih 1.500 artikel ersama n, opini, dan kolom, 76 judul buku ersama n dipublikasikan. Beberapa dari bukunya masuk dalam jajaran laris (bestseller). Antologi puisi ersama 14 Penyair Indonesia bertajuk Senandoeng Radja Ketjil pada tahun 2010.
Dari Negeri Poci 1-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar